Kamis, 29 Mei 2008

FOTO FAIZ




Foto : FAIZ M. TSAQIF ALTHAF
LAHIR : SUKABUMI, 22 APRIL 2007

FOTO FITRI

FOTO-KOE





Foto : Jasmansyah

NILAI UAS CBI KOMP. AKUNTANSI

CITRA BUANA INDONESIA
(AMIK-CBI) SUKABUMI
Alamat : Jalan KH. A. Sanusi kota Sukabumi

DAFTAR NILAI
TAHUN AKADEMIK 2007/2008

MATA KULIAH : MANAJEMEN BISNIS
JUR/PRODI : KOMPUTER AKUNTANSI


NO
NAMA NILAI KETR
TUGAS UTS UAS JML RATA2
01 Dede S. 90 72 84 246 82.00 A
a Sri Ratna N. 90 70 78 238 79.33 B
03 Fitharati M. 90 65 72 227 75.67 B
04 Nita Juniarni 90 73 85 248 82.67 A
05 Nia Juniarti 90 77 82 249 83.00 A
06 Wima D. 90 90 90 270 90.00 A

Catatan :
Rentang nilai :
1. 81 – 100 : A
2. 75 – 80 : B
3. 61 – 74 : C
4. 45 – 60 : D
5. 0 – 44 : E
Smi, 26 Mei 2008
Dosen MK


JASMANSYAH

NILAI UAS CBI 2008

AKADEMI MANAJEMEN DAN INFORMATIKA KOMPUTER
CITRA BUANA INDONESIA
(AMIK-CBI) SUKABUMI
Alamat : Jalan KH. A. Sanusi kota Sukabumi

DAFTAR NILAI
TAHUN AKADEMIK 2007/2008

MATA KULIAH : MANAJEMEN BISNIS
JUR/PRODI : MANAJEMEN INFORMATIKA


NO

NAMA TUGAS UTS UAS JML RATA2 N. AKHIR
01 Denden Eriana 90 60 70 220 73.33 B
02 Ella Nurlela 90 75 83 248 82.67 A
03 Rizki 90 71 77 238 79 B
04 Alwi Maulana 90 77 83 250 83.33 A
05 Ayu Intan Sari 90 72 75 237 79.00 B
06 Andri Nugraha 90 77 81 248 82.67 A
07 Wildan Ayubi 90 77 78 245 81.67 A
08 Dian Arief R. 90 72 78 240 80.00 B
09 M. Ilham Noval 90 70 82 242 80.67 A
10 Agus Sutiawan 90 80 83 253 84.33 A
11 Aris Pribadi 90 65 80 235 78.33 B
12 Ende B. 90 75 73 238 79.33 B
13 Indira R. 90 74 72 236 78.67 B
14 Ridwan 90 73 70 233 77.67 B


Catatan :
Rentang nilai :
1. 81 – 100 : A
2. 75 – 80 : B
3. 61 – 74 : C
4. 45 – 60 : D
5. 0 – 44 : E
Smi, 26 Mei 2008
Dosen MK


JASMANSYAH

Rabu, 21 Mei 2008

Awan Hitam dalam Pendidikan

Awan Hitam dalam Pendidikan
Oleh Dandan Supratman

DUNIA pendidikan kita dari waktu ke waktu bukannya menampakkan wajah yang makin cemerlang, melainkan justru menampilkan roman muka yang kian terselubungi awan hitam. Masalah satu belum terselesaikan, hilir mudiklah persoalan lain yang menambah kecarutmarutan.

Karena itu, saya bermaksud menyampaikan ihwal pikiran dasar pembelajaran "mengajar dan mendidik". Sebab, jika pengelola kependidikan tidak mengenal paradigma didik, mengabaikan prinsip, mengucilkan teori, kurang belajar, miskin pengetahuan, maka yang dihasilkan adalah sumber daya manusia (SDM) yang bermasalah.

Kinerja profesional apa pun perlu dilandasi ilmunya. Setiap ilmuwan perlu menguasai konsep dasar keilmuannya sebagai ancangan untuk memahami, mengembangkan, dan memanfaatkan keilmuannya itu dalam konteks aplikasi yang operasional. Jika tidak, ia akan memahami dan memperlakukan keilmuannya itu serbasusah dan serbakeliru.

Kita tentu boleh saja jengkel melihat aneka kejanggalan yang dilakukan para pengelola kependidikan, guru, kepala sekolah, pengawas, kepala dinas, dan sebagainya. Namun di balik itu, kita sesungguhnya sedang menangkap tanda bahwa mereka tidak menguasai paradigma keilmuan secara komprehensif dan benar. Produknya memang terbukti.

Manusia yang dihasilkan adalah manusia robot dan kasar, tak berhati nurani. Kekaguman kepada orang-orang yang berbudi, tersisih oleh kekaguman pada prestasi intelektualitas.

Padahal, yang kini dibutuhkan adalah manusia yang memiliki kecerdasan komprehensif dan kompetitif (Diknas, 2006). Lagi pula, persoalan pokok yang kita hadapi pada masa depan adalah persoalan mentalitas SDM yang berkinerja lemah, rendah kreativitas, tak punya malu, daya juang hilang, motivasi berprestasi tipis, lupa toleransi, malas kerja sama, abai pada kesantunan, anutan ala primitif, bergaya hidup konsumtif, hingga akhirnya Pancasila yang semesinya jadi kendali kini tinggal nama.

Maklumlah jika para orang tua mengelus dada atas gejala dekadensi moral itu. Pendidikan dianggap pelengkap, pengisi waktu luang; padahal pendidikan adalah jiwa penangkal malapetaka.

Membenahi mentalitas dan tata nilai seperti itu tidak mudah. Tidak dapat dilakukan dengan model pendidikan berdasarkan paradigma dan pendekatan, strategi, dan model-model pembelajaran tradisional, lalu diukur oleh hanya pendekatan evaluasi paper and pencil tests. Penilaian baru tuntas apabila dilengkapi dengan pendekatan asesmen alternatif.

Pendidikan memang menerapkan paradigma didik: jelas filosofisnya, prinsip-prinsipnya, kaya dengan teori-teorinya, metode dan tekniknya. Paradigma didik menjadi landasan perilaku kependidikan untuk mencapai kompetensi kecerdasan komprehensif dan kompetitif (Renstra Depdikbud).

Namun jika direnungkan, ternyata reformasi, desentralisasi, otonomi, dewan pendidikan dan komite sekolah, manajemen berbasis sekolah (MBS), kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dan penilaian berbasis kelas (PBK) adalah pikiran dasar filosofis kependidikan. Adapun yang hendak saya ajukan berada pada tataran mikro kependidikan.

Kita boleh saja jengkel melihat aneka kejanggalan yang dilakukan para pengelola kependidikan, guru, kepala sekolah, pengawas, kepala dinas, dan sebagainya. Namun di balik itu, kita sesungguhnya sedang menangkap tanda bahwa mereka tidak menguasai paradigma keilmuan secara komprehensif dan benar.

Ke Portofolio

Cobalah sekarang berpaling kepada strategi portofolio. Pembelajaran dengan strategi portofolio menghasilkan portofolio. Apabila evaluasi portofolio diterapkan, seharusnya pembelajarannya menghasilkan portofolio. Penilaian portofolio merupakan penilaian atas bukti proses dan hasil belajar. Proses pembelajaran dan penyusunan portofolio sesuai dengan program pembelajaran yang telah dirancang. Strategi portofolio dengan penilaiannya itu dapat merekam proses pembelajaran dan pendidikan, merekam capaian prestasi dan tata nilai secara komprehensif. Rancangan pembelajaran menjadi pedoman utama dalam penyusunan portofolio oleh peserta didik.

Desentralisasi, otonomi, konstruktifisme, dewan pendidikan, komite sekolah, manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi, dan kurikukum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah pikiran dasar kependidikan yang dimaksud, sedangkan strategi portofolio merupakan implikasi operasional model pembelajaran berdasarkan paradigma tersebut.

Itulah, pada hemat saya yang dimaksud dengan paradigma didik mutakhir yang menjanjikan itu.

Depdiknas sekarang berhasrat mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia yang cerdas komprehensif dan kompetitif (insan kamil/insan paripurna), yaitu manusia yang memiliki berbagai kompetensi: cerdas spiritual, cerdas emosional sosial, cerdas intelektual, cerdas kinestetik, dan disempurnakan dengan cerdas ilahiah (iman, takwa, dan ibadah).

Pandangan konstruktifisme percaya bahwa keberhasilan, kesuksesan, atau prestasi, termasuk kesejahteraan seseorang, sangat bergantung kepada upaya orang itu sendiri. Karena itulah, dalam gelora reformasi, langkah demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah, gencar diperjuangkan, meski sampai sekarang masih belum tergapai-gapai.

Strategi portofolio yang saya jadikan contoh hanyalah contoh model pembelajaran dan pendidikan yang dilandasi pikiran-pikiran dasar tersebut. Diharapkan guru/dosen terus mengembangkan berbagai strategi dan model-model pembelajaran yang mempunyai landasan paradigmatik tertentu.

Pendekatan behavioristik yang selama ini dianut memang tidak keliru. Namun ternyata telah mengundang berbagai kesulitan, karena berbagai kemudahan yang memanjakannya. Pemerintah telah berusaha mengondisikan suasana belajar, menyediakan berbagai fasilitas dan sarana pembelajaran, dalam rangka melayani kebutuhan pendidikan. Namun nyatanya masih serbakurang dan serbatanggung. Misalnya sarana pendidikan olahraga, perpustakaan, buku paket, dan perbaikan gedung sekolah selalu bermasalah.

Pemerintah menjadi satu-satunya penanggung jawab penyedia fasilitas pendidikan. Behavioristik telah membuat guru berusaha meningkatkan pelayanan kepada peserta didik, bahkan guru selalu dijadikan kambing hitam atas kegagalan pendidikan yang dianggap pelayanannya kurang memuaskan.

Guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Murid hanya menunggu guru berkiprah, dan guru menjadi satu-satunya contoh yang perlu ditiru. Bagi pendidikan dasar dan menengah, itu memang lebih cocok. Namun bagi tingkat akademi, perlu diperhatikan pendekatan dan pola pikir lain.

Di sisi lain, tingginya tingkat pengangguran dan ramainya PHK adalah wajar saja, karena mutu SDM itu tidak memenuhi syarat. Sekolah belum mampu menjamin kehidupan dan pekerjaan. Cukup ironis, jika alumnus perguruan tinggi penganggur intelektual mengharapkan pemerintah menyediakan lapangan kerja. Sampai-sampai mengirimkan surat pembaca di koran, meminta-minta pekerjaan. Padahal, pemerintah tidak berkewajiban menyediakan lapangan kerja.

Pada hemat penulis, kuno jika pemerintah diwajibkan menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap lulusan suatu lembaga pendidikan. Pemerintah bukan wajib menyediakan lapangan kerja. Juga ketinggalan zaman, jika sekolah hanya mengejar target kuantitas lulusan. Lucu jika sekolah merasa bangga bila dapat meluluskan banyak siswa, sementara soal mutu menjadi nomor kesekian.

Lemah Kelola

Semua permasalahan dalam kependidikan itu, awalnya karena pengelolaan pendidikan tidak diserahkan kepada ahlinya dengan tepat, baik pada tingkat manajerial maupun pelaksana.

The right man on the right place sudah dilupakan. Pendidikan sudah terlalu kuat ditunggangi ambisi politik, ambisi materialistik, dan ambisi kepentingan kelompok. Kini seyogianyalah, komando pendidikan tidak lagi terletak di tangan birokratik dan berfungsi sebagai penunjang ambisi politik. Pendidikan perlu dikelola oleh ahli-ahli yang memiliki komitmen tinggi terhadap masa depan bangsa.

Kekacauan pemahaman itu melahirkan kebingungan dalam penerapannya. Terjadi serabutan profesi. Lulusan fakultas teknik, misalnya, insinyur pertanian atau apa saja, sering menggarap lahan profesi yang tidak sesuai dengan kompetensinya. Insinyur pertanian bekerja di bank, sarjana biologi bekerja menjadi manajer toko kelontong, insinyur pertanian menjadi karyawan bengkel, sarjana hukum menjadi kepala sekolah, dan magister ilmu kehutanan menjadi kepala Dinas Pendidikan.

Fenomena itu, dalam bahasa Sunda disebut pabaliut alias kalang kabut. Bukan lemah kompetensi, melainkan lemah kelola, keliru penempatan, alias mismanagement.

Simpulan sementara itulah, gambaran kondisi kependidikan kita. Kinerja kependidikan sampai saat ini masih penuh tanda tanya. Pendidikan kita masih diselubungi awan hitam, walau di ujung fatamorgana sana, warna kuning keemasan terlihat bercahaya di langit senja. Mudah-mudahan di hari esok kita akan sampai ke dalam suasana cahaya bening matahari yang terbit di pagi hari.

Itu jika paradigma didik semacam yang diajukan itu dijadikan landasan perilaku pengelola kependidikan secara kreatif dan komprehensif.(68)

--- Prof Dr Dandan Supratman MPd, Guru Besar Metodologi Pembelajaran di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes .

aRTIKE INI PERNAH DIMUAT PADA HARIAN sUARA mERDEKA, 15 jANUARI 2007

INFO LOMBA KEBERHASILAN GURU 2008

DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK
LOMBA KEBERHASILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
TINGKAT NASIONAL TAHUN 2008


Departemen Pendidikan Nasional berusaha secara kontinyu meningkatkan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan “Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional.” Keberhasilan guru dalam pembelajaran tercermin dari hasil penelitian, penelitian tindakan kelas (PTK), kajian, atau evaluasi khususnya di bidang penyusunan program, penyajian program, penilaian proses, dan hasil pembelajaran.
TEMA
“Melalui lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran kita tingkatkan profesionalitas guru sebagai agen pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu”.

TUJUAN
Memotivasi guru untuk lebih berkreasi dan berinovasi dalam menyusun, menyajikan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran.
Mendorong guru untuk selalu meningkatkan kemampuan meneliti, mengkaji, mengevaluasi, mengembangkan kreatifitas, dan inovasi untuk menghasilkan pembelajaran yang bermutu.
Menanamkan budaya, minat, bakat dan kebiasaan untuk pengembangan hasil kegiatan pengembangan profesi baik lisan maupun tulisan secara baik dan benar.
Menyebarluaskan berbagai pengalaman guru yang berhasil meningkatkan mutu pembelajaran, sehingga dapat dimanfaatkan dan dijadikan referensi bagi guru lainnya.
LINGKUP LOMBA
Lingkup kegiatan yang dilombakan dalam Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional Tahun 2008, adalah
Kegiatan penyusunan program, penyajian program dan penilaian hasil pembelajaran atau bimbingan yang berdampak kepada meningkatnya prestasi belajar peserta didik.
Peningkatan proses dan hasil belajar peserta didik yang tercermin pada meningkatnya efektivitas dan efisiensi proses belajar peserta didik dengan indikator meningkatnya minat dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran yang dipelajarinya sesuai dengan tujuan pembelajaran atau bimbingan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat diukur melalui skor perolehan belajar, skor sikap, dan berbagai skor pengukuran lain yang tingkat kepercayaannya telah diuji.
Berupa hasil penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi dengan pendekatan, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif.
KERANGKA ISI
Abstrak : ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris antara 200 – 300 kata.
Bagian awal
Halaman judul
Judul singkat, jelas, relevan dengan isi tulisan, dan diketik dengan huruf kapital.
Nama penulis.
Kedudukan guru yang menyatakan keberadaannya pada satuan pendidikan TK/SD/SMP/SMA/ SMK/SLB dan mata pelajaran atau bimbingan dan konseling yang menjadi bidang tugasnya.
Tanggal penulisan.
Halaman pengesahan/persetujuan kepala sekolah
Lembaran tersebut menyatakan pengesahan atau persetujuan kepala sekolah dengan bukti tanda tangan, nama, NIP/NIGB/NIY (kalau ada) dan stempel sekolah yang bersangkutan.
Kata Pengantar
Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran bila ada
Abstraksi
Bagian inti pembahasan
Pendahuluan
Pendahuluan berisi atau mengungkapkan antara lain hal-hal sebagai berikut :
Latar belakang
Menggambarkan bahwa topik atau fokus permasalahan menarik dan relevan dengan upaya peningkatan mutu pembelajaran/ bimbingan dan konseling.
Menunjukkan bahwa topik atau fokus permasalahan tersebut bersifat spesifik, asli, dan belum pernah disajikan secara tertulis sebagai karya lomba keberhasilan pembelajaran/ bimbingan dan konseling.
Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, kajian, atau evaluasi yang menggambarkan ruang lingkup atau pembatasan kegiatan pembelajaran/ bimbingan yang dilakukan sesuai dengan topik atau fokus permasalahan.
Tujuan dan manfaat penelitian, kajian, atau evaluasi yang dilakukan. Rumuskan secara rinci tujuan dan manfaat kegiatan penelitian, kajian, atau evaluasi yang dilakukan.
Definisi konsep, definisi operasional, dan/atau kajian teoritis yang relevan.
Metodologi penelitian atau prosedur pembelajaran.
Metode penelitian atau prosedur pembelajaran/ bimbingan. Jelaskan secara rinci prosedur penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi pembelajaran/bimbingan yang dilakukan.
Subjek penelitian, kajian, atau evaluasi. Jelaskan secara rinci pada kelas berapa kegiatan pembelajaran/bimbingan dilakukan, berapa banyak dan bagaimana karakteristik siswanya.
Teknik pengumpulan data. Jelaskan teknik pengumpulan data, seperti dengan tes, observasi, data sekunder, dan sebagainya.
Validasi instrumen penelitian, kajian, atau evaluasi. Jelaskan bagaimana instrumen itu divalidasi, seperti uji validitas, validasi sejawat, atau menggunakan instrumen yang terstandar.
Teknik analisis data. Jelaskan teknik analisis data, baik kuantitatif maupun kualitatif.
Laporan hasil penelitian atau kegiatan pembelajaran
Hasil penelitian kegiatan pembelajaran
Analisis hasil penelitian kegiatan pembelajaran
Kesimpulan dan saran-saran
Kesimpulan utama yang dapat diambil dari kegiatan pembelajaran/bimbingan
Saran-saran yang ditujukan baik kepada teman sejawat, pengelola pendidikan atau berbagai pihak lain yang relevan.
Bagian Akhir
Daftar pustaka
Lampiran data-data yang diperlukan untuk menunjang kebenaran laporan kegiatan, misalnya: data hasil belajar, instrumen pengukuran yang digunakan program pembelajaran atau proses bimbingan dan konseling dan lain-lain.
Setiap karya tulis ilmiah supaya dilampirkan biodata peserta yang disahkan oleh kepala sekolah (contoh terlampir).
KETENTUAN LOMBA
Lomba bersifat perseorangan.
Naskah lomba berupa hasil penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi yang dilakukan secara ilmiah.
Peserta lomba hanya diperbolehkan mengirimkan satu karya tulis ilmiah yang sesuai dengan bidang tugas yang menjadi tanggungjawabnya (bila mengirimkan lebih dari satu, karya tulis ilmiah dinyatakan gugur).
Surat pernyataan penulis, bahwa naskah lomba tersebut asli hasil karya sendiri, bukan plagiat/jiplakan, dan belum pernah dinilai pada lomba sejenis, baik di dalam maupun di luar Departemen Pendidikan Nasional yang diketahui oleh kepala sekolah.
Jumlah halaman sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) halaman kertas berukuran A4, tidak termasuk bagian awal dan lampiran-lampiran.
Diketik 2 (dua) spasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baik dan benar.
Naskah lomba dijilid dan diberi sampul dengan ketentuan:
Warna hijau untuk guru TK;
Warna merah untuk guru SD;
Warna biru untuk guru SMP;
Warna abu-abu muda untuk guru SMA;
Warna kuning untuk guru SMK; dan
Warna ungu untuk guru SLB
ASPEK YANG DINILAI
Keaslian atau orisinalitas hasil karya lomba yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, bukan jiplakan karya orang lain.
Bersifat inovatif, spesifik dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, latar belakang siswa serta situasi/kondisi tempat guru bertugas.
Naskah ditulis sesuai dengan kerangka penulisan hasil laporan penelitian.
Hasil pembelajaran atau kebermanfaatannya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
PERSYARATAN PESERTA
Peserta lomba adalah
Guru Taman Kanak-kanak (TK)
Guru Sekolah Dasar (SD) untuk guru kelas dan guru mata pelajaran
Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP), Guru Sekolah Menengah Atas (SMA), Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk semua mata pelajaran.
Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk guru kelas dan guru mata pelajaran.
Guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling
Masih aktif mengajar pada sekolah negeri atau sekolah swasta di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional, baik guru PNS maupun guru bukan PNS
Mempunyai masa kerja sebagai guru sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dibuktikan dengan SK pengangkatan/penugasan pertama sebagai guru.
Bagi yang pernah 2 (dua) kali menjadi pemenang Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional baik Pemenang I, Pemenang II, maupun Pemenang III dapat mengikuti lomba ini setelah 5 (lima) tahun atau lebih dihitung dari kemenangannya yang terakhir.
WAKTU PELAKSANAAN
Penerimaan naskah lomba dimulai sejak tanggal 2 Mei 2008 dan paling lambat tanggal 30 September 2008 (cap pos).
Karya lomba asli sebanyak 1 (satu) eksemplar dikirim kepada :

“Panitia Lomba Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran Tingkat Nasional”
Direktorat Profesi Pendidik
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional
Up. Subdit Penghargaan dan Perlindungan
Gedung D Lantai 14 Jl. Jenderal Sudirman Pintu I Senayan, Jakarta Pusat
Telp. (021) 57974123
PENGHARGAAN BAGI PEMENANG
Bagi pemenang lomba disediakan hadiah berupa uang dengan total nilai sebesar Rp. 1.050.000.000,- (Satu milyar lima puluh juta rupiah) dan piagam dari Menteri Pendidikan Nasional.
KETENTUAN LAIN
Pada pojok kiri atas sampul pengiriman ditulis “GURU YANG PROFESIONAL DAN BERMARTABAT”.
Finalis Lomba akan dipanggil ke Jakarta untuk mengikuti seleksi penentuan pemenang lomba tingkat nasional pada bulan November 2008. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional tahun 2008.
Naskah yang masuk menjadi milik Panitia dan hak penerbitan naskah berada pada Direktorat Profesi Pendidik, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.
Keputusan panitia bersifat final
BIODATABIODATA PESERTA LOMBA KEBERHASILAN GURU
DALAM PEMBELAJARAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2008
Foto 3 x 4

1. Nama
2. NIP/NIGB/NIY *)
3. Jabatan
4. Pangkat/gol. Ruang
5. Tempat dan tanggal lahir
6. Jenis kelamin
7. Agama
8. Mata Pelajaran yang diajarkan
9. Masa kerja guru **)
10. Judul naskah lomba
11. Pendidikan terakhir
12. Fakultas/jurusan
13. Status perkawinan Kawin/belum kawin ***)
14. Sekolah
Nama sekolah
Jalan
Kelurahan/ Desa
Kecamatan
Kabupaten
Propinsi
Kode pos
Telepon
15. Alamat rumah
Jalan
Kelurahan/ Desa
Kecamatan
Kabupaten
Propinsi
Kode pos
Telepon
No. Hp
16. Prestasi dan Keberhasilan yang pernah dicapai ****) …



17. Lomba Keberhasilan Guru yang pernah diikuti Berapa kali… dan juara ke berapa…
……………, 2008
Mengetahui:
Kepala Sekolah, Peserta Lomba,
………………….. …………………..
NIP NIP
*) Dapat ditulis bagi yang memiliki
**) SK CPNS/Surat Pengangkatan menjadi guru dari yayasan dan SK terakhir
***) Coret salah satu
****) Dapat ditulis di kertas tersendir


Selasa, 20 Mei 2008

SASTRA MENGGUGAT TUAN GURU DI LOMBOK

SASTRA MENGGUGAT TUAN GURU DI LOMBOK


MATARAM - Seorang seniman teater dari Lombok Salman Faris meluncurkan karya sastranya, novel berjudul Tuan Guru. Jum’at (1/6) malam lalu, oleh Institut Studi Krisis dan Perdamaian (InSkrip) bekerja sama dengan Institut Rumah Arus (Irus) dilakukan diskusi dan bedah buku. Temanya Sastra Menggugat Tuan Guru. Padahal Tuan Guru, dua kata ini di Lombok adalah berarti kiyai. Seorang pemuka agama yang dihormati dan menjadi panutan masyarakat. Tetapi kesehariannya dinilai oleh Salman, banyak memperoleh keuntungan dari ketokohannya.

Novel Tuan Guru ini yang oleh sebagian pengunjung malam itu dinilai kontroversial, dibahas oleh Tuan Guru Haji Hamzah dari Pondok Pesantren Kiblatul Mustakim Jenggik Lombok Tengah dan seorang dosen Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Mataram Abudu Wahid. Juga pemerhati budaya Lalu Suprapta - yang berpangkat Komisaris Besar Pol sehari-hari Wakil Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (Wakapolda NTB).

Naskah yang ditulis Salman Faris tahun 2006 lalu ini, disertai komentar dari kritikus seni-pemikir kebudayaan Nirwan Ahmad Arsuka, sastrawan pelaku teater dan dosen sosiologi Universitas Indonesia Radhar Panca Dahana, serta penyair-esais-kritikus seni Wicaksono Adi, dicetak Mei 2007, diterbitkan oleh Genta Press bersama Nusantara Cinema. Tebalnya 641 halaman yang terdiri dari 40 bagian.

Salman Faris sendiri mengatakan pandangannya melihat kembali pondok pesantren dari luar. ”Saya menulis Tuan Guru ini setelah 13 tahun di dunia teater. Ada persoalan substansial yang selalu ditutupi,” katanya sewaktu berbicara awal pada malam itu. Menurutnya, ada madrasah yang kondisinya lebih buruk walaupun tetap memperoleh dana bantuan hasil dari mengedarkan brosur yang tetap dijalankan di lingkungan masyarakat. ”Lalu kemana dananya. Saya sampai menangis sendiri,” ucapnya.

Kemudian, ia menunjuk ibunya sendiri seorang pedagang bakulan yang dibandingkannya dengan wanita di Jawa. Walaupun sama-sama buta huruf dan bodoh, namun wanita Jawa memiliki perubahan visi hidupnya. Tidak bergantung kepada kiainya. ”Kualitas kemanusiaannya lebih visioner,” ujarnya.

Lantas, yang disedihkan adalah seorang kawannya di pesanteren yang ditemukan bekerja di pom bensin (SPBU). Kenapa dulu tidak sekolah STM saja kalau kemudian hanya bekerja di SPBU. ”Saya tidak menentang atau menolak tuang guru. Tapi menyayangkan,” katanya. Karena itu ia menyontohkan kehidupan pemuka agama di Pakistan yang mengutamakan mengajarkan aqidah, walaupun mereka sendiri harus bekerja kasar. Sebaliknya, tuan guru di Lombok ada yang sedari dulu hanya menerima amplopan kehadirannya tetap sebesar Rp25 ribu. Menurutnya, seharusnya ada yang berubah. ”Ini semangat yang ada dari novel ini. Saya yang berani katakan pondok pesantren salah,” ucapnya.

Sebelumnya, mari kita perkenalkan diri Salman Alfarisi - demikian biasa dipanggil teman-teman senimannya. Pria, kelahiran Rensing Lombok Timur, 1974, yang kini sedang mengikuti program Strata 2 Antropologi pernah selama 13 tahun menjalani pendidikan Mahad di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Pancor di Lombok Timur. Ia adalah tamatan Akademi Seni Drama Indonesia (Asdrafi) Yogyakarta 2000 dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan teater 2004 adalah pendiri Dapur Teater Lombok yang karyannya bernuansa kearifan lokal. Salman Alfarisi yang juga sempat dua tahun (1997-1999) di Malaysia untuk memahami kehidupan TKI.

Karyanya sendiri yang telah dipentaskan di Mataram, pertama adalah Rimba Jiwa Sunyi : Matinya Tradisi Di Atas Pertarungan Dua Kelamin (7/10-2004). Kedua, Perempuan-perempuanku Apa Maumu (25/11-2004). Ketiga, Perempuan dan Dedaunan Sama-Sama Tak Ingin Terbakar (29/11-2004). Keempat, Aku Hanya Menggoda (31/12-2004). Kelima, Airku, Airmu Air Bencana (12/1-2005). Setahun lalu, (27/2-2006), ia menampilkan Sekam - yang menggugat kebangsawanan pria di Lombok.

Adalah Paox Ibenz, direktur Irus, yang mengemukakan bahwa tidak pernah dibayangkan kalau para Tuan Guru yang pada 10an tahun lalu hanya dikenal sebagai pendulang suara pada pemilu kini ikut memasuki rana politik. ”Kini telah berubah. Karena itu Irus sebagai lembaga kajian dan transformasi tertarik terhadap bedah novel realis sosial ini,” ujarnya sewaktu berbicara sebagai pengantar acara.

Lalu Suprapta yang Wakapolda NTB tadi, memang senang dengan adanya karya Tuan Guru tersebut. Selama ini, sewaktu 24 tahun merantau, berada di luar Lombok, menunggu-nunggu karya sastra tertulis dari daerah Sasak ini. Padahal banyak karya sastra yang diilhami dari isi lontar yang didapat dari Lombok. ”Banyak karya sastra lisan. Kenapa tidak ditulis. Kenapa Lombok tidak maju,” katanya.

Tetapi mengemukakan pendapatnya, Suprapta mengatakan karya sastra dalam bentuk novel ini membuatnya terperangah. Isinya dinilai kontroversial. ”Saya kawatir terhadap buku ini,” ucapnya menilai. Disebutnya bahwa memang ada tiga kelompok Tuan Guru. Pertama, berperan memberikan kontribusi keberadaan pesantren. Kedua, pesantren dan tuan guru yang berguna dan berperan terhadap kehidupan masyarakat. Ketiga, bahwa tuan guru dianggap sebagai cahaya, penuntun yang fantastik. ”Kalau saya memilih yang kedua. Kemana masyarakat dibawa kalau tidak ada tuan guru,” ujarnya.

Karena itu, setelah membaca sebagian - karena belum selesai seluruhnya membaca novel Tuan Guru ini, mengajak Salman agar lain kali tidak menulis yang kontroversial. ”Jangan sampai ada orang yang tersinggung,” katanya.

Pemimpin Pondok Pesantren Kiblatul Mustakim Tuan Guru Haji Hamzah yang juga sarjana hukum dan mengajar pula di Universitas Nahdlatul Wathan, mengakui bahwa tuan guru memang masih dominan di masyarakat. Dibutuhkan sewaktu pemilihan umum ataupun pemilihan kepala daerah, pelaksanaan Keluarga Berencana. ”Ulama itu ibarat bintang di langit. Bagaikan lampu dan pewaris nabi,” ucapnya.

Tiga kelompok tuan guru yang disebutnya adalah pertama yang menyandarkan hidupnya pada kehidupan. Kedua, bersifat bunglon. Samina Watona atau menerima dan bergantung kepada status quo. ”Leto lete ini itu iya,” ujarnya. Artinya kesana kemari dilakukan. Sedangkan yang ketiga, tidak menggantungkan dirinya hanya kepada Allah SWT yang disebutnya kemudian tuan guru yang bagaikan pedang yang bisa digunakan untuk apa saja.

Isi novel itu sendiri, dikritiknya ada bagian yang sensitif. ”Memang ada yang sensitifnya, istri tuan guru digituin ini yang sensitif,” katanya. Namun ia juga mengakui di sisi lain bahwa kehadiran masjid hanya ramai dari proposal pembangunannya. Tapi tidak ada yang memenuhi isinya.

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Mataram Abudu Wahid menyebut novelnya Salman Faris ini memang dahsat. Novel ini utamanya adalah kritik sosial. Dikatakannya bahwa bukan tuan gurunya yang terpenting dari buku ini. Tapi adanya pengungkapan terjadinya kekerdilan dan penindasan. Itu sebabnya dikatakan bahwa kehadiran karya Salman ini sebaga peran sastra adalah nyata merupakan bagian yang penting dari sejarah. Tanpa keterlibatan sastra dalam sejarah menimbulkan banyak misteri. ”Penulis buku ini berontak. Tapi mencari jalan keluar menuju masyarakat demokratis agar tidak terjadi penindasan,” ucapnya.(supriyantho khafid)

Sumber : http://lomboknews.wordpress.com/2007/06/03/sastra-menggugat-tuan-guru-di-lombok/

Membuat Website Blog dengan www.wordpress.com

Membuat Website Blog dengan www.wordpress.com
July 13, 2007 by Hartoyo, MA. Ph.D

Ada banyak alternatif layanan pembuatan website, salah satu yang terpopuler adalah wordpress (http://www.wordpress.com) dan blogger (http://www.blogger.com). Mengapa memilih www.wordpress.com? WordPress menyediakan beberapa menu yang menarik dan cukup mudah untuk mengoperasikannya serta dilengkapi fasilitas free (gratis dalam membuat situs blog). Dengan bandwith + 50 Mb, menjadikan wordpress banyak diminati. Di samping penyediaan kapasitas yang besar, tersedia juga feature tambahan dan template, tanpa iklan, dan yang menarik adalah user dapat update dalam bentuk teks maupun gambar sekaligus, yaitu dengan copy - paste, dan hasilnya dapat dilihat langsung di internet. Tidak mengherankan kalau wordpress dimanfaatkan sebagai “catatan harian” (diary) oleh user, sehingga sesama pembuat blog dapat tukar informasi atau sebagai ajang unjuk berkomunikasi. Tidak hanya itu saja, fasilitas ini juga dapat digunakan sebagai media untuk belajar, memasukkan ideologi, karya monumental, dan sejenisnya baik bermakna positif maupun negatif, tergantung user blog.

Mari kita mencoba membuat website dengan www.wordpress.com, ikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1. Pastikan e-mail anda masih aktif. Hal ini sangat penting, karena ketika akan registrasi akan ditanyakan e-mail yang dapat digunakan sebagai media untuk posting agreement dari www.wordpress.com saat melakukan transaksasi pembuatan domain, karena dari e-mail tersebut anda akan memperoleh username dan kata sandi (password). Kalau anda belum punya e-mail silakan buat dulu, agar mempercepat proses instalasi (pelajari cara membuat e-mail account).
2. Pastikan anda telah membuka situs wordpress di http://www. wordpress.com, ingat jangan sampai salah mengetikkan pada alamatnya.

3. Buat account baru, dengan cara klik “Start your free WordPress Blog WordPress Blog”. Dengan demikian, anda telah memilih registrasi gratis.

4. Isi form Registrasi yang telah disediakan www. wordpress.com
Masukkan username serta e-mail Anda. Anda tidak boleh mengarang, e-mail yang dibutuhkan adalah yang masih aktif, contoh: janky_04@yahoo.com.
Di bawah e-mail address, akan muncul agreement, yaitu dengan memberi tanda [√] pada kotak yang tersedia di depan “I have read and agree to the fascinating term of service”. Setelah memberi tanda setuju, anda dapat melanjutkan perintah pengisian form selanjutnya dengan mengklik next.
Adapun contoh pengisian form pendaftaran dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Namun demikian, dakalanya ketika Registrasi terdapat peringatan bahwa username maupun e-mail address yang dimasukkan salah atau kebetulan telah digunakan user lain. Registrasi yang salah/telah dipakai user lain pasti dihighlight yang mempermudah user untuk membetulkan. Ketentuan pengisian username minimal 4 karakter (bisa huruf maupun angka).
Sebagai contoh bentuk koreksi Registrasi yang dapat diterima oleh www.wordpress.com adalah dengan mengganti username dan e-mail. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Dan ketika Registrasi diterima, maka yang muncul adalah anda diminta untuk memberikan nama pada title blog anda. Title dapat dilihat manakala blog anda sudah on-line, yaitu sebagai header blog. Dalam contoh ini adalah Nailim sebagai title blognya.

Dengan meng-klik Signup, anda telah berhasil melakukan Registrasi, dan akan nampak pada halaman selanjutnya, perintah untuk memeriksa keaktifan e-mail anda.

Sementara menunggu (+ 30 menit) perintah selanjutnya, e-mail anda harus masih diaktifkan, karena melalui e-mail anda tersebut, pihak www. wordpress.com akan memberikan tanda kesepakatan (agreement acceptance) sekaligus password pribadi anda. Langkah selanjutnya adalah mengaktifkan Registrasi, dengan cara klik http://www.wordpress.com/activate/……,sebagaimana gambar berikut.

Langkah berikutnya adalah melihat dan mencatat username anda sendiri serta password yang telah diberikan pihak www.wordpress.com.

5. Walaupun resigistrasi sudah berhasil, namun perlu dicek hasil Registrasi tersebut, yaitu pada www.izza2004.wordpress.com secara langsung yang diberikan oleh www. wordpress.com tentang bisa/tidaknya aktivasi blog yang sudah dibuat, yaitu dengan cara login.

6. Ketika anda meng-klik www.izza2004.wordpress.com., maka akan muncul halaman, yang untuk membukanya diharuskan login sesuai dengan username, misalnya username: izza2004; password: ie90s6. Kalau anda susah mengingat password yang diberikan oleh www.wordpress.com, alangkah baiknya anda mengganti sendiri dengan klik “up date your profile or change your password”.
7. Ketika login berhasil, maka akan muncul halaman baru yang menyuguhkan menu di taskbar, yaitu my account, my dashboard dan new post, sebagaimana gambar berikut.

8. Dengan kehadiran 3 menu tersebut, anda bebas memilih. Untuk menyajikan suguhan supaya dapat dinikmati teman atau orang lain di dunia, maka anda cukup klik my dashboard, di sana akan muncul beberapa menu, yaitu dashboard, write, manage, comments, blogroll, presentation, users, option, dan upgrades.

9. Beberapa menu tersebut akan menjawab pertanyaan besar anda, mengapa web saya masih mulus? Supaya teman anda tidak kecewa dengan kekosongan web anda karena kering informasi maupun animasi gambar, klik write untuk membuat menu yang dapat dinikmati oleh teman, misalnya anda ingin mempublikasikan siapa diri anda, ketik my profile di bawah tulisan categories, lalu klik add>>, seketika itu di bawahnya akan muncul my profile. Untuk mengaktifkannya, anda cukup mencawang my profile dan pada sisi kiri, anda dapat memberi judul pada menu title, dan dapat memberikan isi pada menu post. Untuk mengetahui hasil dari profile anda, cukup dengan klik save dan publish, maka anda dapat melihat hasilnya dengan klik view site di menu taskbar.

10. Web yang isinya teks saja, akan terkesan kering dan statis, maka anda dapat menambah gambar, video, dan sebagainya. Cara anda persiapkan dulu file yang akan dipadukan dengan teks tersebut, setelah filenya siap, anda cukup klik browse pada menu write. Browse akan mencari dimana letak file yang anda simpan dan siap dieksekusi, supaya anda tidak lupa dengan file yang anda gunakan, maka pada dapat diberikan nama pada title. Lihat gambar sebagai berikut.

Setelah file selesai dieksekusi, klik upload, dan hasilnya dapat dilihat langsung, seperti contoh berikut.

Dengan demikian halaman web di atas tidak hanya teks yang terlihat, namun ada gambar yang dapat dinikmati. Untuk melihat hasil dari upload gambar tersebut, dapat meng-klik menu view site, sebagaimana gambar berikut.

11. Dengan demikian, ketika teman anda atau orang lain mau mengakses web anda, di halaman pertama sudah disuguhkan informasi serta visualiasasi gambar, sebagaimana gambar berikut.

12. Nah…..sekarang Web anda sudah dapat dinikmati teman anda maupun orang lain. Namun demikian perlu diingat bahwa jangan pernah lupa sign out, manakala anda telah login, dengan sign out halaman web anda akan aman dari orang yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan telah telah tertutup halaman web anda.
13. Untuk menambah kekayaan dan kemahiran web, anda sesering mungkin otak-atik sendiri. Pantang menyerah, dunia sekarang dalam genggamanmu.
14. Selamat mencoba

Rabu, 14 Mei 2008

CREATING DRAMA WITH POETRY

CREATING DRAMA WITH POETRY:
Teaching English As a Foreign Language ( TEFL )
Through Dramatization and Improvisation



Creating Drama with poetry is an exciting language learning experience. The technique uses multi approaches to language acquisition by involving second language learners physically, emotionally, and cognitively in the language learning process. The use of poetry as drama in the teaching English as a Foreign Language (EFL) classroom, enables the students to explore the linguistic and conceptual aspects of the written text without concentrating on the mechanics of language. Students are able to develop a sense of awareness of self in term of culture through the dramatic interpretations of the poems.
English as Foreign Language (EFL) in Indonesia becomes internalized as a direct result of placing the learners in the real situations. The students can use the target language for the specific purpose of communication. They experiment with non-verbal communicative aspects of language (body language, gestures, and facial expressions), as well as verbal aspects (intonation, rhythm, stress, slang, and idiomatic expressions), while interpreting the poems. The students begin to feel the language and get the confidence in interaction outside of the classroom using the target language.
Some poems are mini-dramas (short dramas), often written in dialogue form, and are suitable for dramatization, because they are short and usually in a simple, but strong emotional theme. "Poems which express strong emotions, attitudes, feelings, opinions, or ideas are usually more 'productive' than those which are gentle, descriptive, or neutral". Students become engaged in free incidental conversations as they interact with one another prior to the dramatizations and during the improvisations. The students compare and contrast cultural behaviors and attitudes, analyze and explore the linguistic and conceptual differences between the written and spoken word, and interact cooperatively to the dramatizations and improvisations.
In this technique, students have more responsibility for their own learning. It enables them to be active and creative in expressing of their talent. However, this does not reduce the importance of the teacher in the instructional process. It can give students realize their hidden aptitude in term of reading poetry and act it out in front of the public. It is the responsibility of the teacher to guide the language learning process by : modeling pronunciation, intonation, stress, rhythm, and oral expression. It also facilitate the comprehension of vocabulary, idioms, cultural aspects, and plot; stimulating interest and conversation, interacting with the students; establishing an acting workshop atmosphere; creating a student participation in language learning experience.
By applying this technique, students are trained and taught not only to act out or performance what they are being learnt, but also to practice students’ skills (reading, speaking, listening, writing, vocabulary, pronunciation, etc). This is also very useful to reduce students’ bored in learning English. It is might be applied to solve the latest issues which claims that teaching English in Indonesia has been failed. It is proved by the lack of students’ proficiency in speaking, writing and any other skills. Hopefully, by means of drama with poetry, it could become a new invention in term of teaching English as foreign language (EFL) in Indonesia.
In teaching this, teacher should prepare an appropriate scenario. It is an important thing that must be applied in order to gain an optimal outcome. At first, the teacher provides students with the background to the poem and introduces difficult or unusual vocabulary. The teacher then reads the poem aloud to the students. After the poem is read aloud, the class discusses it together. Students then listen again as the teacher re-read the poem. In the next step, the students read the poem altogether and then take turns reading it aloud individually.
The students then prepare to dramatize / act out the poem by selecting character roles and discussing scenery, setting, lighting, and costumes. Students re-train the dramatization of the poem and then do an improvisation based on the poem. After experimenting with characters, interactions, and dialogues, the class discusses the improvisation.
The EFL teacher needs to create poetry by selecting and categorizing a substantial variety of poems carefully. In selecting poems, special consideration must be given to appropriateness, such as: students' language level skills, students' ages and students’ interests. Categorizing poems makes them easy to reference and integrate into other instructional disciplines (i.e., science, health, math, and citizenship) and themes (i.e., holidays and seasons).
To further facilitate the communicative approach to foreign language acquisition, the EFL teacher can record the dramatizations and improvisations. A great deal of conversation will be stimulated when the students remember their experiences through tape recordings, video recordings, and also photography.
The teacher should plan follow-up activities about the dramatizations and improvisations that allow for individual expression of the cooperative experience. The students can illustrate and write about the activity or poem. Future lessons can also include the dramatization and improvisation of short stories, fables, and plays. The same techniques and follow-up activities should be employed.
From the description above can be concluded that the use of poetry in the EFL classroom enables students to explore the linguistic and conceptual aspects of the written text without concentrating on the mechanics of language. The dramatization of poetry is a powerful tool in stimulating learning while acquiring a foreign language because the learners become intellectually, emotionally, and physically involved in the target language within the framework of the new culture.
Poetry rich in dialogue provides students with a dramatic script. Drama places the learners in the real situations. Learners use the target language for specific purposes, language is more easily internalized and, therefore, language is remembered.